Surya Sengkala

Surya Sengkala
Munggahing Godhong Sumoroting Pandulu (2010)

Sugeng Rawuh

Selasa, 18 Maret 2014

Legenda Cilacap, Kerajaan Nusatembini






Legenda Cilacap, Kerajaan Nusatembini

A.     Cerita tentang Kerajaan Nusatembini
Cerita sejarah tentang Kerajaan Nusatembini mengambil setting di wilayah sekitar Pulau Nusakambangan. Nusatembini diceritakan sebagai sebuah Kerajaan Siluman yang cukup besar. Kerajaan ini memiliki wilayah di sekitar pantai Cilacap hingga pulau Nusakambangan. Keraaan ini memiliki benteng alamiah berupa tanaman bambu hingga  tujuh lapis (Baluwarti pring ori pitung sap). Penggambaran benteng alamiah dari pagar bambu lapis tujuh itu dapat ditafsirkan bahwa si pembuat cerita hendak mengatakan bahwa pertahanan kerajaan Nusatembini tersebut cukup kuat. Selain itu juga menunjukkan bahwa tanaman Bambu Ori merupakan tanaman yang biasa digunakan sebagai pagar atau pengamanan bagi masyarakat Cilacap terhadap gangguan keamanan.
            Kerajaan Nusatembini dipimpin oleh seorang penguasa  wanita (raja putri) berparas cantik bernama Brantarara. Kecantikan sang putri menarik perhatian para penguasa dari kerajaan lain untuk menjalin kerjasama hingga mempersuntingnya sebagai permaisuri. Akan tetapi untuk mempersunting sang putri tidaklah mudah, karena begitu ketatnya penjagaan dan pertahanan. Banyak raja yang gagal hanya sekadar untuk dapat memasuki wilayah istana kerajaan Nusatembini.
            Cerita tentang keberadaan penguasa Kerajaan dari kaum hawa ini sesungguhnya dapat dipandang sebagai simbol tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam hak-hak politik. Dengan demikian pandangan yang menganggap bahwa dalam budaya Jawa kaum wanita dipandang lebih rendah dibandingkan dengan kaum pria tidak terbukti dalam alam pikiran si pembuat cerita sejarah Kerajaan Nusatembini tersebut. Dalam kebudayaan Cilacap ada nilai yang menganggap bahwa wanita juga memiliki kekuatan memerintah, bahkan dalam cerita itu melampaui kemampuan laki-laki.
            Persoalannya adalah kapan sesungguhnya asal cerita Kerajaan Nusatembini ini berasal. Penulis  sejarah dan hari jadi Cilacap versi Pemerintah Cilacap mengatakan bahwa Kerajaan Nusatembini berasal dari zaman pra sejarah. Hal itu katanya dibuktikan dengan adanya peninggalan dua rumpun Bambu Ori yang merupakan peninggalan benteng Kerajaan Nusatembini. Pada tahun 1970 peninggalan peninggalan yang dipercaya berasal dari masa pra sejarah itu masih ada yang berlokasi di kompleks dermaga Pelabuhan pasir Besi, akan tetapi pada saat ini peninggalan itu sudah hilang.
            Menurut hemat kami, cerita tentang Kerajaan Nusatembini memang bukan mengambil zaman Islam, tetapi juga bukan pada masa pra sejarah. Zaman pra sejarah tidak dikenal konsep kerajaan, yang ada hanya Primus Interpares, dan umumnya laki-laki tertua. Konsep kerajaan baru muncul pada masuknya kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa latar belakang sejarah Kerajaan Nusatembini sesungguhnya adalah masa Hindu dan Budha di wilayah Cilacap.
            Tafsir bahwa latar belakang cerita tentang Kerajaan Nusatembini Nusatembini adalah Hindu Budha didukung dengan cerita lain yang terkait dengan kerajaan tersebut. Cerita rakyat dalam masyarakat Cilacap menceritakan bahwa di sebelah barat dari Kerajaan Nusatembini adalah Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran. Dalam catatan sejarah, kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan Hindu yang amat berkuasa di wilayah tatar Sunda. Oleh karena Kerajaan Nusatembini sezaman dengan Kerajaan Galuh, maka dapat dipastikan bahwa cerita tentnag adanya Kerajaan Nusatembini berasal dari zaman perkembangan Hindu dan Budha.
            Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran merupakan kerajaan besar. Berbeda dengan Nusatembini, penguasa Pakuan Pajajaran adalah seorang pria yang gagah berani. Pada masa pemerintahannya ia dicobai Tuhan dengan berkembangnya wabah penyakit yang menyerang rakyatnya. Akan tetapi rakyatnya menjadi sangat menderita karena banyak di antara mereka yang harus kehilangan anggota keluarga akibat ganasnya wabah penyakit tersebut. Raja Pajajaran ini berusaha mencari cara untuk memecahkan masalah yang sedang melanda negerinya. Segala usaha telah dilakukan untuk mengatasi wabah tersebut, tetapi sia-sia. Raja Merasa sedih melihat penderitaan yang menimpa rakyat di seluruh negerinya, dan semakin sedih lagi ketika putra dan putrinya juga terserang penyakit.
            Ketika raja sudah hampir putus asa dalam mengatasi wabah penyakit yang melanda negerinya, datanglah seorang pendeta (wiku). Pendeta tersebut menyampaikan maksud kedatangannya hingga terjadi dialog seperti kutipan berikut :

Pendeta               : ”Gusti Prabu junjungan hamba, ampunilah hamba ini akan segala kelancangan hamba menghadap Gusti tanpa panggilan dan dengan segala kemurahan Gusti Prabu, kami mohonkan maaf atas segala kesalahan ini”.
Raja                      :     ”Teramat gembira rasanya aku melihat kedatangan wiku saat ini sebab memang ada sesuatu yang kini tengah merisaukan pikiranku  sebagai pimpinan pemerintahan di Kerajaan Pajajaran ini”.
Pendeta               :     ”Gusti Prabu Junjungan hamba, rasanya hamba memaklumi apa yang tengah Gusti hadapi pada saat ini karena adanya wabah penyakit yang menimpa para kawula Pajajaran. Sampai pula Tuanku Putri saat ini terserang wabah penyakit itu”.
Raja                      :     ”Rasanya memang demikian wikut, bahwa kerisauanku dan kecemasanku masih amat mencekam. Tetapi apakah kiranya bapa wiku dapat memberikan jalan keluar untuk mengatasi kesemuanya ini?”
Pendeta               :     ””Gusti Prabu Junjungan hamba, kedatangan hamba ini bermaksud untuk menyampaikan adanya ”wisik” atau ilham yang telah hamba terima. Bahwasanya apa yang terjadi saat ini di lingkungan Kerajaan Pajajaran serta penyakit yang diderita oleh Tuanku Putri junjungan hamba, masih dapat disembuhkan dengan obat apa yang disebut ”Air Mata Kuda Sembrani”. Adapun obat itu hanya dapat diusahakan dari bagian timur Kerajaan Pajajaran ini. Di arah timur sanalah ada sebuah keraton yang disebut Nusatembini dan di situlah obat obat tersebut akan didapatkan. Tetapi untuk mencapai daerah itu serta mendapatkannya tidak mudah, sebab  lingkungan Keraton Nusatembini adalah sangat gawat. Maka seyogyanya Gusti Prabu Junjungan hamba mengutus para abdi dalem Pajajaran yang terpilih untuk menghadapi ratu putri yang memimpin keraton tersebut.
                                    Haturkanlah segala maksud Gusti untuk memohon apa yang disebut ”Air Mata Kuda Sembrani” yang menjadi peliharaan sang ratu. Apabila usaha mendapatkan airmata Kuda Sembrani itu berhasil, maka hal itu akan menjadi obat serta tumbalnya (Penolak) Kerajaan Galuh Pajajaran dari segala mara bahaya yang bakal datang.

Raja Pajajaran merespon positif saran-saran dari sang wiku tersebut.  Raja tersebut kemudian  mempersiapkan diri untuk menuju Nusatembini. Beberapa orang adipati yang berada di bawah kekuasaan Pajajaran yang dianggap mampu ditugasi menuju kerajaan siluman diutus sang raja menuju Nusatembini. Petinggi utusan jatuh pada Patih  Harya Tilandanu yang dibantu oleh Adipati Gobog dan Adipati Sendang. Mereka mengerahkan prajurit pilihan agar segala rintangan di perjalanan dapat diatasi.
            Setelah persiapan untuk berangkat menuju Kerajaan Nusatembini selesai, maka rombongan prajurit dari Pajajaran tersebut berangkat menuju kerajaan siluman di pantai selatan Cilacap tersebut. Meskipun berasal dari prajurit pilihan, perjalanan menuju Nusatembini ternyata tidak mudah. Mereka harus melewati alam yang masih ganas berupa  hutan belantara dan rawa-rawa yang membentang luas. Dalam situasi alam yang demikian pra prajurit Pajajaran dengan semnagat yang membara menuju Kerajaan Nusatembini agar memperoleh obat penyakit putri raja ” air mata kuda sembrani”.
            Para prajurit utusan Pajajaran tersebut akhirnya sampai di wilayah Cilacap. Ketika sampai di wilayah Nusatembini mereka melihat adanya kekekuatan yang mengelilingi kerajaan tersebut yang amat kuat. Para prajurit berusaha memasuki istana kerajaan itu dengan berbagai cara. Akan tetapi kali ini usaha itu gagal karena adanya benteng rumpun bambu yang berlapis-lapis rapat yang mengellingi Kerajaan Nusatembini ibarat seperti pagar berlapis. Usaha untuk memasuki istana Nusatembini berkali-kali dicobanya, dan ternyata selalu gagal.
            Kegagalan berkali-kali untuk memasuki Istana Nusatembini tidak membuat para prajurit Pajajaran putus asa. Dengan semangat membela sang Raja dan negaranya mereka selalu mencari cara untuk dapat memasuki Istana Nusatembini. Adipati Gobong, Adipati Sendang dan Patih Harya Tilandanu jalan lain diluar jalan perang. Mereka bersemedi untuk mendapatkan ilham dan jalan keluar agar dapat memasuki Istana Nusatembini. Setelah beberapa hari bersemedi akhirnya mereka memperoleh petunjuk gaib. Dalam petunjuk gaib itu dikatakan bahwa benteng bambu yang mengelilingi Nusatembini akan dapat dihancurkan dengan menggunakan peluru emas.
Setelah mendapatkan ilham tersebut  para prajurit tata sunda utusan raja Pajajaran  tersebut mengubah taktik dalam memasuki Istana Nusatembini.  Mereka membuat peluru emas yang berasal dari uang emas untuk menghancurkan bambu yang mengelilingi keraton dengan raja perempuan tersebut.
            Pembuatan peluru emas dilakukan oleh rombongan prajurit Pajajaran di lokasi yang tidak jauh dari Istana Nusatembini.  Mereka singgah  di suatu daerah di dekat istana tersebut selama berhari-hari. Selain memproduksi peluru emas, mereka juga mengatur siasat untuk melakukan penyerangan. Di daerah tempat persiapan penyerangan ini dikenal dalam cerita rakyat Cilacap sebagai daerah Donan. Satu daerah tempat Andon (bersinggah).
            Setelah rencana penyerangan diatur secara matang, maka pada hari yang telah ditentukan rombongan prajurit Pajajaran  melakukan serangan ke Istana Nusatembini. Serangan dilakukan oleh prajurit tangguh dengan menggunakan peluru emas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Peluru-peluru itu ditembakkan dan berjatuhan dekat atau di bawah rumpun bambu yang membentengi Istana Nusatembini. Para penduduk Nusatembini yang melihat peluru emas berjatuhan di bawah pepohonan bambu berusaha mengambil peluru-peluru yang bernilai ekonomi tinggi pada masa itu. Untuk dapat mengambil peluru tersebut mereka harus menebangi pohon bambu yang berlapis-lapis tersebut.
            Prajurit Pajajaran menyadari makna peluru emas ternyata sebagai alat memancing penduduk dalam kerajaan untuk membuka isolasi kerajaan dengan menebang pohon bambu yang menjadi benteng kerajaan. Sedikit demi sedikit akhirnya Prajurit Pajajaran semakin dapat bergerak maju setelah dapat melewati rumpun-rumpun Bambu Ori yang ditebangi oleh penduduk setempat. Prajurit Pajajaran akhirnya berhasil memasuki dalam istana setelah berhasil melampaui tujuh lapis pagar bambu yang telah habis ditebangi penduduk yang tergiur pada peluru emas yang berjatuhan di bawah pohon bambu.
            Cerita tentang adanya peluru emas ini dapat ditafsirkan dua hal yang menyangkut fakta-fakta historis dibalik cerita itu. Pertama, konsep senjata api dalam kisah tersebut menunjukkan bahwa latar belakang cerita itu adalah pada masa Kerajaan Pajajaran akhir menjelang berkembangnya agama Islam di Nusantara, kemungkinan abad ke-15 dan ke-16. Hal itu dapat dijelaskan karena senjata api diperkenalkan oleh orang-orang Portugis dan kemudian Belanda pada abad-abad tersebut. Kedua, kelemahan suatu negara sehebat apapun akan dapat dipatahkan dengan kekayaan. Emas yang merupakan simbol kekayaan yang bernilai ekoomi tinggi telah menggoda rakyat Nusatembini sehingga dengan mudah dapat disusupi oleh pasukan asing.
            Para prajurit Pajajaran akhirnya dapat memasuki Istana Kerajaan Nusatembini. Mereka bermaksud untuk menangkap sang ratu. Akan tetapi mereka mengalami kesulitan, sebab sang ratu memberikan perlawanan. Melihat bahaya yang mengancam, Raja Putri Nusatembini ini kemudian naik kuda sembrani terbang ke angkasa. Dengan suara lantang sang putri menantang para prajurit pendatang tersebut, sembari berucap ”Hai prajurit Pajajaran, tunjukkan kesaktian dan kejantananmu, tangkaplah aku. Kalau dapat menangkap diriku, aku akan tunduk, Kerajaan Nusatembini aku serahkan kepadamu.” Melihat keperkasaan sang ratu, pra prajurit Pajajaran menjadi tercengang dan tidak segera melakukan perlawanan.
            Di bagian lain diceritakan bahwa Patih Harya Tilandanu memasuki ruang  dalam istana Nusatembini . Ketika sedang menjelajahi ruang-ruang tersebut, ia menemukan seorang wanita yang snagat cantik. Menurut keyakinan masyarakat setempat, putri tersebut adalah Ratu Brantarara, Raja Putri Nusatembini. Sang Patih berusaha untuk mendekati wanita tersebut, tetapi belum sampai berhasil mendekat wanita itu lenyap dari pandangan matanya dan berubah menjadi ”golek kencana” (boneka emas). Sang Patih menjadi gemas dan berusaha untuk memegang golek tersebut, tetapi benda itu melejit dan mengenai tubuh sang patih hingga terjatuh. Boneka itu mengeluarkan warna berkilau yang menyebabkan sang patih mengalami kebutaan. Dengan adanya peristiwa itu, maka usaha utusan Pajajaran untuk mendapatkan air mata kuda sembrani sebagai obat penyembuh putri raja mengalami kegagalan. Akan tetapi para prajurit Pajajaran juga tidak berani kembali pulang ke Pajajaran dengan tangan hampa karena takut ancaman hukuman yang berat akibat kegagalannya.
            Para prajurit Pajajaran kemudian menetap di daerah Nusatembini, termasuk Patih Harya Tilandanu. Bahkan Patih Harya Tilandanu ini meninggal dunia di Cilacap dan dimakamkan di Gunung Batur. Cerita Rakyat Cilacap mengatakan bahwa makamnya di desa Slarang, Kecamatan  Kesugihan, Cilacap. Adipati Gobog juga menjadi penghuni menetap di wilayah Nusatembini. Mereka meninggal di wilayah ini dan dimakamkan di sebuah tempat yang terkenal dengan sebutan makam Adipati Gobog. Lokasi makam itu sebelah selatan jalan Jenderal Sudirman, tidak jauh dengan pasar Sleko. Nama Adipati Gobog sempat diabadikan menjadi nama jalan, sebelum berubah menjadi jalan Sudirman. Sementara itu Adipati Sendang, makamnya di Desa Donan.

(Sumber: Buku Pengkajian dan Penulisan Upacara Tradisional di Kabupaten Cilacap, oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006.)
(foto : google maps)
===============================

Makam Adipati Gobog

  
  NAMA OBYEK
:
Makam Adipati Gobog
 
1.
NO. INVENTARISASI
:
432.25.17
2.
LOKASI
:
Kelurahan Tambakreja
 
 
 
Kecamatan Cilacap Selatan
 
 
 
Kabupaten Cilacap
3.
BAHAN
:
Batu, bata, kayu, semen, pasir
4.
UKURAN : a. LUAS AREAL
                  b. BANGUNAN
:
:
Panjang 15 m, lebar 10 m
Panjang 4 m, lebar 1 m, tinggi 2.5 m
5.
PERIODISASI
:
Tahun 1873.
6.
KONDISI
:
Terawat
7.
STATUS KEPEMILIKAN
:
Umum / Masyarakat lingkungan
8.
INFORMAN
:
Sukarsono (Juru Kunci)
9.
DESKRIPSI SINGKAT
:
Adipati Gobog adalah salah seorang utusan dari Kerajaan Pajajaran , yang ditugaskan untuk mencari air mata Kuda Sembrani milik Ratu Nusatembini di Cilacap (sekarang). Air mata tersebut akan digunakan sebagai penawar/ penolak wabah penyakit yang merajalela di Kerajaan Pajajaran. Karena tidak berhasil, Sang Adipati tidak berani pulang, kemudian menetap didaerah sekitar Nusatembini sampai ajalnya dan dimakamkan didaerah Gobog sehingga dikenal dengan Makam Adipati Gobog.

===============================

Bambu Ori (Bambusa bambos (L.) Voss)





Bambusa bambos (L.) Voss
Nama lokal: bambu ori, jawa: pring ori

Tinggi, diameter dan warna batang:
Tinggi mencapai 30 m (dinding batang sangat tebal dan batang berbulu tebal); 15-18 cm (jarak buku 20-40 cm); hijau muda.

Tempat tumbuh:
Tanah basah, di sepanjang sungai.

Budidaya:
Jarak tanam 6 m x 6 m. Pemberian pupuk kompos 5-10 kg pada saat penanaman berguna untuk pertumbuhan awal. Pemupukan dengan NPK akan meningkatkan biomasa. Jenis ini kurang cocok untuk skala luas karena berduri sehingga menyulitkan dalam pemanenan. Penebangan dapat dilakukan dengan memotong setinggi 2 m dari atas tanah.

Pemanenan dan Hasil:
panen dapat mulai dilakukan setelah umur 3-4 tahun. Sisakan 8-10 batang setiap rumpun untuk mempertahankan tingkat produksi. Hindari pengambilan risoma untuk perbanyakan karena dapat merusak rumpun. Produktivitas tahunan dapat mencapai sekitar 5000-8000 batang/ha.

Manfaat:
Rebungnya (sayuran), daunnya (makanan ternak), dan bibitnya (bahan makanan sekunder) sampai dengan batangnya (keperluan rumah tangga dan bahan dasar bangunan). Jenis ini berguna sebagai pengendali banjir bila ditanam disepanjang sungai dan pelindung tanaman dari angin kencang. Batangnya dipakai untuk industri pulp, kertas dan kayu lapis. Jenis ini juga dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan semir sepatu, lem perekat, kertas karbon dan kertas kraft tahan air. Rendaman daun bambunya dipakai untuk penyejuk mata dan mengobati penyakit (bronkitis, demam, dan gonorrhoea).

Bandar Udara Tunggul Wulung











Bandar Udara Tunggul Wulung




Bandar Udara Tunggul Wulung terletak di sebelah barat Kota Cilacap, tepatnya di daerah Jeruk Legi. Bandar udara dengan panjang landas pacu 1.400 m x 30 m merupakan bandar udara kelas III yang dikelola oleh UPT Ditjen Hubud. Maskapai yang pernah beroperasi di sini adalah Wing Air dengan De Haviland Dash 7 Merpati Nusantara Airlines dengan CN235.

Penerbangan


Jadwal penerbangan Susi Air adalah sebagai berikut :

  • Jakarta-Cilacap

06:00 - 07:10 WIB 11:40 - 12:50 WIB 14:30 - 15:40 WIB

  • Cilacap-Jakarta

07:20 - 08:30 WIB 13:00 - 14:10 WIB 15:50 - 17:00 WIB
Maskapai yang beroperasi saat ini adalah Susi Air yang melayani penerbangan Cilacap - Jakarta (Bandar Udara Halim Perdanakusuma) 3 kali pulang pergi dalam sehari. Penerbangan dari Cilacap ke Jakarta ditempuh dalam waktu 1 jam 10 menit menggunakan pesawat Cessna 208B Grand Caravan dengan kapasitas angkut penumpang 12 orang.
Jenis pesawat terbesar yang bisa beroperasi di bandar udara ini adalah DHC-8.


Kamis, 09 Februari 2012

KERETA API INSPEKSI (KAIS) WIJAYAKUSUMA 4

KERETA API INSPEKSI (KAIS) WIJAYAKUSUMA 4


Plat Nama Kereta api Wijayakusuma
Spoiler for :

 



Plat Nama Kereta api Wijayakusuma
Spoiler for :

 



Kereta api Wijayakusuma Ketika Mengawal Kereta Luar Biasa RI 1
Presiden di Stasiun Cirebon
Spoiler for :

 



Kereta api Wijayakusuma Ketika Mengawal Kereta Luar Biasa RI 1
Presiden di Lintas
Spoiler for :

 



Kabin Masinis dan
Lounge
Depan Kereta api Wijayakusuma
Spoiler for :

 




Lounge
Kereta api Wijayakusuma
Spoiler for :

 



Ruang Rapat Kereta api Wijayakusuma
Spoiler for :

 



Ruang Rapat Kereta api Wijayakusuma
Spoiler for :

 



Pramugara dan Pramugari Kereta api Wijayakusuma
Spoiler for :

 


KERETA API INSPEKSI (KAIS) WIJAYAKUSUMA 3



Kereta api Wijayakusuma sebelum dimodifikasi
Spoiler for : 



Kereta api Wijayakusuma sebelum dimodifikasi
Spoiler for : 



Kereta api Wijayakusuma sesudah dimodifikasi
Spoiler for : 



Kereta api Wijayakusuma sesudah dimodifikasi
Spoiler for : 



Kereta api Wijayakusuma Tampak Depan
Spoiler for : 



Kereta api Wijayakusuma Tampak Depan
Spoiler for : 



Kereta api Wijayakusuma Tampak Samping
Spoiler for : 



Kereta api Wijayakusuma Tampak Samping
Spoiler for : 

Rabu, 08 Februari 2012

KERETA API INSPEKSI (KAIS) WIJAYAKUSUMA 2

KERETA API INSPEKSI (KAIS) WIJAYAKUSUMA 2

Tuju Cilacap, Presiden RI Gunakan KA
Published on 30 December 2011
Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerjanya ke Cilacap, Jawa Tengah, menggunakan kereta api (KA) sebagai moda transportasi utamanya, Rabu (28/12). Presiden yang  didampingi beberapa Menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II meninggalkan Stasiun Gambir tepat pukul 06.10 WIB dan tiba di Stasiun Cilacap sekitar pukul 1 siang. Kereta wisata Nusantara dan Toraja yang biasa digunakan oleh Presiden juga turut dirangkaian pada KA yang dinamakan Kereta Api Luar Biasa (KLB) 1.


Direktur Utama PT. KAI , Ignasius Jonan menyambut kedatangan  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Stasiun Gambir
Spoiler for : 


Direktur Utama PT. KAI Persero, Ignasius Jonan juga turut mendampingi perjalanan KLB 1 yang digunakan oleh Presiden
Spoiler for : 


Kepala Stasiun Gambir, Edy Kuswoyo memberangkatkan KLB 1 yang digunakan Presiden RI menuju Cilacap
Spoiler for : 


Direktur Operasi PT. KAI, Bambang Irawan (kanan) juga mengikuti dan mengawal agar perjalanan KLB 1 yang membawa Presiden agar tidak menemui hambatan selama perjalanan.
Spoiler for : 


Direktur Utama PT. KAI Persero, Ignasius Jonan terus mendampingi Presiden RI yang menyempatkan diri untuk turun di beberapa Stasiun.
Spoiler for : 


Sekitar pukul 4 pagi, tanggal 29 Desember 2011, KLB 1 datang di Stasiun Gambir, rombongan  Presiden disambut langsung Wakil Direktur Utama PT. KAI, Darmawan Daud (berjabat tangan), EVP Daop 1 Jakarta, Purnomo Radiq, dan Kepala Stasiun Gambir, Edy Kuswoyo (menggunakan topi merah)
Spoiler for : 

Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero), Ignasius Jonan dan Direktur Operasi PT. KAI, Bambang Irawan juga turut mengikuti KLB 1. Dengan mengambil rute, Jakarta – Cirebon – Purwokerto – Kroya – Cilacap, KLB 1 dikawal oleh kereta inspeksi (KAIS) Railone yang dikombinasikan Kais Wijayakusuma yang berguna untuk mengamankan perjalanan. Mengingat banyaknya kegiatan, Presiden membatalkan perjalanan selanjutnya ke Bandung, sehingga pada pukul 20.40 WIB, Presiden bertolak kembali ke Jakarta masih menggunakan rangkaian KA yang sama. (Humaska)