SEKAR WIJAYAKUSUMA
Artikel Terkait:
BUNGA WIJAYAKUSUMA
CANGKOK WIJAYAKUSUMA
SEKAR WIJAYAKUSUMA
TANAMAN HIAS WIJAYAKUSUMA
Episode "Sekar aluning tresna "BUNGA, dengan segala bentuk, warna, aroma, serta khaziat yang dimiliki, merupakan sumber pesona tersendiri. Ia pun lantas hadir dalam aneka fungsi dan makna, baik pada tataran wantah maupun simbolik. Tak ayal jika kemudian ia menjadi objek yang paling dicari, diperebutkan, dialap, hingga melenakan banyak orang. Dalam bahasa Jawa, bunga memiliki beberapa dasanama. Dalam bahasa Jawa modern, orang menyebutnya kembang. Itu bentuk ngokonya, sedangkan krama-nya sekar. Kata lainnya, puspa, kusuma atau kesuma, dan padma. Sudah tentu, tiap-tiap kata digunakan selaras dengan konteksnya. Di tangan seorang pemuda yang sedang gandrung, bunga bisa menjadi media ekspresi untuk menyatakan isi hati. Di mata mereka yang melik palungguhan (menginginkan kedudukan), bunga tertentu bisa menjadi sumber legitimasi atas takhta yang direngkuh. Di tangan para pengobat, beberapa bunga juga dikenal sebagai sarana penyembuhan. Sementara di tangan para pedagang, sejumlah bunga merupakan komoditas untuk menangguk rezeki guna menebalkan pundi-pundi. Demikian berartinya bunga, sehingga tak jarang ia diburu, diperebutkan, sehingga kerap kali pula menjadi pemantik pertikaian, jika bukan malah kejahatan. Di sisi lain, kecuali meninabobokan, bunga juga bisa melenakan, melambungkan angan-angan, bahkan menjerumuskan mereka yang melik terhadapnya pada jurang nestapa. Dari jagad pewayangan, kerap kali dikisahkan bahwa dengan azimat sakti berupa Sekar Wijayakusuma, Sri Kresna mampu menghidupkan kembali mereka yang tewas sebelum "waktunya", selain menyembuhkan mereka yang terluka. Dengan bunga itulah, di samping sebagai penasihat spiritual dan pengatur strategi perang, Kresna menjadi penopang utama kekuatan Pandawa sehingga memenangi Baratayuda. Tak ayal jika dalam salah satu penggalan kisahnya, banyak yang berusaha memburu. Namun sebagaimana wahyu lainnya, Wijayakusuma hanya bisa direngkuh oleh sosok kewahyon (mendapatkan wahyu). Dialah Kresna. Pesona Wijayakusuma juga mengemuka dalam cerita rakyat, terutama di sekitar wilayah yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya bunya azimat ini, Nusakambangan - Cilacap. Cerita ini mengisahkan tentang kemunculan Wijayakusuma pada kali pertama sebagai bagian dari rentetan cerita Resi Kano atau Kyai Jamur yang menjadi pelarian akibat nafsu berkuasa Prabu Aji Pramosa dari Kadiri. Namun pertemuan sang Raja dengan Dewi Wasowati di Laut Kidul itulah yang menjadi awal mula kemunculan Cangkok Wijayakusuma. Masih menurut tutur tinular, setiap ada penobatan raja Kesultanan Yogyakarta, dikirimkan empat puluh orang sebagai utusan ke Nusakambangan untuk memetik Wijayakusuma. Sebelum menjalankan tugas, mereka berziarah ke makam-makam tokoh leluhur di sekitar Nusakambangan. Konon, pemetikan Wijayakusuma juga dilakukan pada masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono XI, yaitu saat Sunan Pakubuwono XI jumenengan (naik tahta). Bahkan adat leluhur ini konon sudah dilakukan jauh sebelum itu. Menurut Babad Tanah Jawi, Adipati Anom, Sunan Amangkurat II pernah mengirimkan utusan untuk memetik kembang Wijayakusuma, yaitu setelah ia menobatkan diri sebagai raja Mataram, menggantikan ayahandanya. Menurut sejarawan H.J. de Graaf, jumenengan (naik tahta) tersebut dilaksanakan di Ajibarang, 7 Juli 1677 dalam perjalanan ke Batavia saat dikejar Trunojoyo. Gelombang Cinta Kini, terutama selama satu-dua bulan terakhir, perburuan terhadap beberapa bunga atau tanaman hias tampak sangat fenomenal. Di mana-mana orang memperbincangkannya. Di mana-mana orang memperjual-belikannya. Harganya pun, dalam kacamata awam, terbilang fantastis hingga mencapai ratusan juta rupiah, bahkan miliaran. Demi keuntungan yang bisa ditanggung dengan memelihara dan memperjualbelikannya, tak sedikit orang yang kemudian melakukan perburuan terhadapnya. Alap-alapan sekar aluning tresna pun berlangsung demikian gegap gempita. Dalam bilangan yang tak sedikit, investasi dikucurkan ke sana. Banyak yang kemudian rela meninggalkan pekerjaan lamanya, menyulap bengkel menjadi gerai gelombang cinta, mengubah warung makan menjadi showroom jenmani, demi menangguk untung dari bunga. Entah apa nanti ending dari episode "Sekar aluning tresna" ini. Namun dari khazanah cerita ketoprak, bisa didapati lakon Lambangsari Edan atau Alap-alapan Sekar Pudhak Kencana yang mungkin dapat dijadikan sebagai kaca benggala. Adalah Jaka Sambara, seorang pemuda desa yang telah menikahi perawan satu desa bernama Lambangsari. Merasa tak puas tinggal di desa, dia berniat mengadu peruntungan di kotaraja Jenggala. Namun sebelum meninggalkan desa, terlebih dahulu dia pamit pada sang pujaan hati seraya berikrar bahwa setelah berhasil di ibukota, dia akan kembali pada Lambangsari. Bersamaan dengan kepergian Jaka Sambara, di Kuthagara sedang ada sayembara. Barangsiapa berhasil mempersembahkan Sekar Pudhak Kencana, dialah yang akan mendapatkan ganjaran besar dari sang saja. Selain mendapatkan kedudukan tinggi (disinengkakake ngaluhur) di istana, juga akan dinikahkan dengan putri raja. Tentu saja iming-iming itu telah menggiurkan banyak orang. Mulai dari mereka yang sudah tergolong turasing ngaluhur (keturunan ningrat) hingga yang cuma terklasifikasi sebagai kaum pidak pedarakan (rakyat jelata) tiba-tiba kedunungan melik (berambisi mempunyai kekuasaan). Tak terkecuali Sambara. Alapan-alapan Sekar Pudhak Kencana pun berlangsung. Dan sebagaimana dalam setiap sayembara, pastilah ada yang jadi pecundang, di samping yang keluar sebagai pemenang. Sambaralah orang yang bisa mempersembahkan bunga tersebut ke haribaan raja, sehingga dia berhak untuk disinengkakake ngaluhur (diangkat derajatnya) sekaligus bersanding dengan putri raja. Namun perburuan dan keberhasilannya mempersembahkan Sekar Pudhak Kencana telah melenakan anak desa tersebut. Demi Sekar Pudak Kencana, ia lupa pada janji yang pernah diucapkannya pada Lambangsari. Ia berpaling pada putri raja. Ditinggal sang pujaan hati, Lambangsari pun mengalami shock. Tekanan jiwa kian bertambah tatkala hadir seorang narapraja (pejabat) yang memaksa Lambangsari nglanggati (melayani) keinginannya. Inilah klimaknya: Lambangsari edan (gila). Untunglah, keterlenaan Sambara tak berangsung lama. Dengan Pudhak Kencana pula dia justru berhasil menyembuhkan Lambangsari, bersamaan dengan muksa (hilang tanpa bekas) nya bunga sakti itu. Pudhak Kencana pun serasa jadi mimpi bagi seluruh warga Jenggala. (Sucipto Hadi Purnomo/35) |
Kirab Disaksikan Ribuan WargaCILACAP - Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti, yang merupakan lambang Kabupaten Cilacap, Selasa (25/3/08) pagi kemarin dikirab dari Lapangan Krida Nusantara Gumilir Cilacap Utara, menuju Pendopo Wijayakusuma Çakti Cilacap. Kirab yang disaksikan ribuan warga itu, merupakan salah satu dari rangkaian acara peringatan hari jadi Ke-152 Kabupaten Cilacap. Kirab dilakukan iring-iringan dua prajurit wanita berkuda diikuti sekitar 96 delman, 165 becak, dan ratusan pejalan kaki dari berbagai elemen masyarakat. Dalam iring-iringan itu dibawa serta foto-foto para mantan Bupati Cilacap dan Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti. Bupati Cilacap, Probo Yulastoro bersama Ny Uyeni Probo Yulastoro, menaiki kereta kencana yang didatangkan dari Keraton Surakarta. Sementara salah satu kereta kencana lain dinaiki oleh Ketua DPRD Kabupaten Cilacap yang diwakili oleh Wakil Ketua DPRD Sri Indiatun Soekardi. Kirab menempuh jarak sekitar enam kilometer, berakhir di Pendapa Wijayakusuma Çakti. Saat tiba, peserta disambut Tari Kusuma Manunggal oleh para seniman Cilacap. Kebersamaan Usai penyambutan itu, Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti diletakkan di teras pendapa. Acara dilanjutkan suguhan tari Kusuma Manunggal II oleh oleh enam penari pria dan tujuh penari wanita. Tarian itu menggambarkan rasa kebersamaan masyarakat, dalam membangun kabupaten Cilacap. Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti, kemudian dicabut dari tempatnya oleh Wakil Ketua DPRD Cilacap dan diserahkan kepada Bupati, untuk kemudian diserahkan ke wakilnya. Oleh wakil bupati, Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti diletakan di tempatnya persis di tengah Pendopo Wijayakusuma Çakti. Penyerahan panji melambangkan proses mandat yang diberikan rakyat kepada pemerintah untuk menjalankan pemerintahan. (G21-74) OOOOOOOOOOOOOOO Malam Resepsi Hari Jadi Cilacap ke-152Malam Resepsi Hari Jadi ke-152 Kabupaten Cilacap berlangsung meriah dihadiri Bupati Cilacap beserta istri dan Wakil Bupati berserta istri, muspida Plus dan tamu undangan dari berbagai elemen masyarakat. Di Hari Jadi Kabupaten Cilacap yang ke-152 yang lebih tepatnya jatuh pada tanggal 21 Maret 2008 akan tetapi perayaan malam resepsi diadakan pada tanggal 26 Maret 2008. Berbagai rangkaian kegiatan diadakan untuk memeriahkan hari jadi Kabupaten Cilacap yang ke-152, mulai dari seni, olah raga tradisional seperto Gobag Slodor, ketangkasan Becak sampai olehraga tingkat nasional yaitu Tenis Bakrie Yunior, Pacuan Kuda, Lomba Balap Perahu Naga, Gerak Jalan Tradisional Srandil Cilacap, Sepak Bola, Sepak Bola kapuk, Nyani Lagu Mandarin, Keroncong dan pemecahan rekor Muri nyambal Dadak terbanyak dan merias wajah terbanyak, Ziarah ke Taman Makam Pahlawan Surengrono Jeruklegi juga Ziarah ke makam mantan Bupati Cilacap di Makam Karang Suci Donan Cilacap dan masih banyak kegiatan dalam memeriahkan Hari jadi kabupaten Cilacap. Dalam acara puncak Malam resepsi menghadirkan bintang tamu dari kota Gudeg sang pengkoleksi ratusan topeng dan show-nya juga sudah melanglang buana sampai ke manca negara siapa lagi kalau bukan Didik Nini Towok. Mungkin ada yang berbeda dengan Kabupaten-kabupaten lain, sudah 4 tahun ini kabupaten Cilacap melakukan Kirab (pengarakan) Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti yang merupakan lambang Kabupaten Cilacap dari Lapangan Krida Nusantara Gumilir Cilacap Utara menuju Pendopo Wijaya Kusuma Çakti Cilacap. Kirab terdiri dari iring-iringan dua prajurit wanita berkuda diikuti sekitar 96 delman (dokar) 165 Becak dan ratusan pejalan kaki yang berasal dari berbagai elemen masyarakat. Dan yang teristimewa pada saat kirab Bupati Cilacap H Probo Yulastoro bersama Istri, Ny Uyeni Probo Yulastoro menaiki Kereta kencana yang didatangkan dari Keraton Surakarta, dan Wakil Bupati Cilacap Tato Suwarto Pamuji beserta Istri dan Ketua DPRD Kabupaten Cilacap yang diwakili oleh Wakil Ketua DPRD Sri Indiatun Soekardi. Kirab menempuh jarak 6 km dan berakhir di pendopo Wijaya Kusuma Skati Cilacap. Pengirim: Agustina A Jl. Jend Sudirman 7, Cilacap Telp 081548852234 OOOOOOOOOOOOOOO Kirab Panji Tandai Puncak HUT Kabupaten Cilacap Kirab Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti yang merupakan lambang Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menandai puncak HUT ke-154 Cilacap yang jatuh pada Tanggal 21 Maret 2010. Peserta kirab berjalan kaki sepanjang sekitar dua kilometer dari Lapangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kabupaten Cilacap melewati Jalan A. Yani, dan berakhir di Alun-Alun Cilacap. Panji sebagai lambang kebesaran Kabupaten Cilacap itu dibawa seseorang yang memerankan sosok punggawa dengan pengawalan peserta berpakaian keprajuritan dalam adat Jawa, prajurit perempuan, dan pasukan berkuda. Tiga prajurit dengan berpakaian warna putih membawa tiga bendera Merah Putih berjalan di depan pembawa panji itu. Saat tiba di alun-alun setempat, rombongan kirab mendapat sambutan berupa tarian "Persembahan" yang dibawakan sejumlah penari perempuan. Panji itu diserahkan pembawanya kepada Ketua DPRD Kabupaten Cilacap, Fran Lukman, dan selanjutnya diserahkan kepada Wakil Bupati Cilacap, Tatto Sumarto Pamuji. Selanjutnya, panji itu diarak oleh beberapa orang yang berperan sebagai punggawa lainnya ke tempat penyimpanannya di Pendopo Wijayakusuma Çakti. Rute prosesi kirab Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti itu berbeda dengan upacara serupa pada tahun-tahun sebelumnya yang menempuh jarak sekitar delapan kilometer dengan dimulai dari Lapangan Krida Nusantara Gumilir, Kecamatan Cilacap Utara, dan berakhir di Pendopo Wijayakusuma Çakti Kabupaten Cilacap. Pada tahun-tahun sebelumnya, kirab tersebut juga diikuti para pejabat dengan menunggang kereta kuda, sedangkan prosesi penyerahan panji kepada Ketua DPRD Kabupaten Cilacap diteruskan kepada Bupati Cilacap di Pendopo Wijayakusuma Çakti. Pada Tahun 2010, kirab dimulai dari Lapangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Cilacap menuju alun-alun setempat tanpa diikuti pejabat yang menunggang kereta kuda. Selain itu, penyerahan panji berlangsung di alun-alun setempat sehingga dapat disaksikan masyarakat. Ketua Umum Panitia Peringatan Hari Jadi ke-154 Kabupaten Cilacap, Eko Wahyono Widhi, mengakui adanya perbedaan kirab tersebut dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu, katanya, karena Pemkab Cilacap ingin melibatkan masyarakat pada kirab tersebut. "Kirab kali ini tanpa adanya kirab pejabat seperti yang biasa dilakukan pada peringatan-peringatan sebelumnya. Sebagai gantinya, kami menggelar kirab prestasi dan parade budaya untuk mengiringi Kirab Panji Jala Bhumi Wijayakusuma Çakti," katanya. Sumber ANTARA OOOOOOOOOOOOOOO |
Pulau Seram yang Dihiasi Wisata AlamNusakambangan bak pulau penuh misteri. Di tengah keangkeran yang sering didengar selama ini, tersimpan pula pesona alam yang masih asli. Berikut laporannya. KETIKA perjudian begitu marak di Jawa Tengah pada tahun 1980-an, pernah muncul ide dari MUI agar kegiatan maksiat itu dipusatkan di Pulau Nusakambangan saja. Pulau Penjara seluas 216 km2 itu bisa dijadikan semacam Monaco yang memiliki Casino de Monte-Carlo. Pandangan pro dan kontra pun bermunculan menanggapi ide yang cukup berani itu. Tapi sampai sekarang ide tersebut tak pernah terwujud. Nusakambangan tetap menjadi pulau yang menyimpan ratusan penjahat kelas kakap mulai dari pembunuh, perampok, bandar narkoba sampai teroris. Para ’’alumnus’’ Nusakambangan yang bisa keluar dengan menyelesaikan masa pidananya di pulau tersebut antara lain Mohamad Bob Hasan (kasus korupsi), Tommy Soeharto (kasus pembunuhan), dan Johny Indo (kasus perampokan). Khusus mantan artis film Johny Indo, sempat membuat geger karena pelariannya pada Mei 1981. Dia sempat bertahan seminggu lebih di dalam hutan Nusakambangan yang terkenal keganasannya itu. Akhirnya dia berhasil ditangkap kembali sebelum berhasil menyeberang ke arah Ciamis, Jawa Barat. Memasuki 2008, banyak penghuni Nusakambangan yang menyelesaikan masa pidananya dengan hukuman mati. Ini dimulai dari dua terpidana mati kasus narkotika berkewarganegaraan Nigeria, Samuel Iwuchukwu Okoye dan Hansen Anthony Nwaolisa. Pada akhir Juni mereka tewas di depan regu tembak dari Brimob Polda Jateng di Nusakambangan. Berbeda dengan Rio Alex Bulo yang dikenal dengan sebutan si Martil Maut. Pria yang membunuh lima orang ini tewas dieksekusi di hutan wisata Cilongok Banyumas akhir Agustus lalu. Awal November ini, menurut rencana terpidana mati kasus bom Bali II Amrozi cs juga akan menghadapi regu tembak di Pulau Nusakambangan, tempat mereka menjalani pidananya selama empat tahun terakhir ini. Namun tempat pasti lokasi eksekusi sampai kemarin masih dirahasiakan. Sejumlah pejabat dan personel Polda yang mulai menyeberang ke Nusakambangan dari Dermaga Wijayapura juga enggan memberi komentar pada wartawan yang nyanggong. Mereka mengaku ke Nusakambangan tak ada kaitannya dengan eksekusi Amrozi. Sejak 1912 Penjara Nusakambangan dibangun berdasar Staatblad Nomor 25 Tahun 1912. Saat itu Pemerintah Hindia Belanda membangun secara bertahap sembilan penjara yaitu Nirbaya dan Karanganyar (1912), Batu dan Gliger (1925), Besi (1927), Permisan (1928), serta Karang Tengah dan Limus Buntu (1935). Pemerintah Indonesia lalu menambah penjara Kembang Kuning pada 1950. Sejak 1985, pemerintah hanya menggunakan empat penjara (LP) yaitu Batu, Besi, Kembang Kuning, dan Permisan. Tahun 2006 pemerintah kembali membangun tiga Lembaga Pemasyarakatan (LP) sekaligus yaitu LP Super Maximum Security (SMS), Narkotika, dan LP Terbuka. Tetapi di tengah keangkeran Nusakambangan terdapat pesona alam yang menarik karena penuh misteri. Di pulau itu masih banyak gua yang penuh dengan stalagmit dan stalagtit. Seperti di Gua Putri, Gua Ratu, Gua Masigit Sela, serta Gua Lawa yang dihuni jutaan kelelawar. Bebatuan di gua ini juga tak luput dari penjarahan. Banyak batu stalagmit atau stalagnit yang diambil para penjarah untuk dijual sebagai interior rumah mewah di kota-kota besar. Nusakambangan terbagi dalam empat kawasan konservasi Cagar Alam (CA). Yaitu CA Nusakambangan bagian barat seluas 928 hektare, CA Nusakambangan Timur seluas 277 hektare, CA Wijayakusuma seluas 1 hektare dan, CA Karangbolong seluas 0,5 hektare. Di Nusakambangan juga terdapat berbagai jenis satwa dan tumbuhan langka. Antara lain bunga rafflesia (Rafflesia padma), bunga wijayakusuma (Pisonia sylvestris), dan tumbuhan endemik platar jawa (Dipterocarpus litoralis). Adapun jenis satwa langka antara lain macan kumbang (Panthera pardus), landak (Hystrix brachyura), trenggiling (Manis javanica), dan ular sanca (Phyton sp). Tetapi berdasarkan catatan Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Cilacap, sekitar 5.000 hektare dari 16.000 hektare hutan di Pulau Nusakambangan kini rusak parah akibat adanya pembalakan liar. ’’Pembalakan liar di Nusakambangan sangat sulit diatasi karena wilayah tersebut dikuasai beberapa lembaga,’’ ujar seorang petugas Polisi Hutan BKSDA. Lembaga yang menguasai Pulau Nusakambangan antara lain BKSDA Provinsi Jawa Tengah, Departemen Hukum dan HAM (Depkum dan HAM), dan PT Semen Holcim Tbk yang melakukan penambangan bahan semen di pulau itu.(Didi Wahyu-62) |
INFORMASI PELAYANAN RUMKIT TK III 04.06.01. WIJAYAKUSUMA P U R W O K E R T O Jl. Prof Dr Bunyamin Purwokerto 53121 Telp ( 0281 ) 633062, Fax ( 0281 ) 637100 E-Mail: rswk_purwokerto@yahoo.co.id. Diterbitkan oleh Rumkit Tk III 04.06.01 Wijayakusuma Purwokerto, 2009 TIM PENYUSUNPelindung : Letkol Ckm dr. Basuki Triantoro, Sp.An Penasehat : Letkol Ckm dr.Anjar Budi Astoro, Sp.PD Ketua : Mayor Ckm Suyanto Sekretaris : Lettu Ckm Suryanata Anggota : Letda Ckm Hendra Intan Kristina Teguh.W Harry ooooooooooo Rumah Sakit Wijaya Kusuma Jl. Prof. Dr. HR. Bunyamin, Purwokerto Telp. 0281 633062 Fax. 0281 637100 E-mail: rswk@purwokerto.wasantara.net.id
|
KAWASAN INDUSTRI TUGU WIJAYA KUSUMA Semarang PT Kawasan Industri Tugu Wijayakusuma (persero) Jl Raya Semarang- Kendal Km 12 Semarang Telp 024-8662151, 024-8661645 http www. Kic. Go. id Manajemen PT. Kawasan Industri Wijayakusuma (Persero), yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan komposisi pemegang saham : Pemerintah Republik Indonesia 51,09%, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah 40,39% dan Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap 8,5%. Dengan komposisi kepemilikan saham seperti tersebut diatas maka jelas KIW mendapat dukungan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Jawa Tengah. Kepastian usaha bagi para calon investor di KIW merupakan jaminan kami dengan menerapkan berbagai deregulasi yang telah diputuskan oleh Pemerintah. Jajaran Dewan Komisaris dan Direksi KIW yang cukup senior dan profesional merupakan jaminan utama bagi berkembangnya usaha Anda. Visi Pengembang Kawasan Industri yang tumbuh secara sehat dan dapat diandalkan oleh mitra bisnis dengan didukung sumber daya manusia yang profesional dan sejahtera Misi Menyediakan tanah kapling Industri dan Bangunan Pabrik Siap Pakai untuk memenuhi kebutuhan investor, balk dari dalam maupun luar negeri yang akan mengadakan kegiatan industri melalui relokasi industri maupun investasi baru dengan memberikan kemudahan dan pelayanan yang mernuaskan. lkut menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi khususnya dalam pengembangan wilayah pertumbuhan ekonomi baru dimana kawasan industri dibangun, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah yang bersangkutan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai maksud tersebut diatas, bidang usaha yang dijalankan Perusahaan antara lain:
KAWASAN INDUSTRI TUGU WIJAYA KUSUMA |
Ribuan Pengunjung Saksikan Larung SesajiPROSESI ritual Sedekah Laut yang dilaksanakan di Cilacap, Selasa Kliwon lalu, berlangsung meriah. Ribuan pengunjung yang datang dari berbagai daerah berjubel di sepanjang jalan menyaksikan iring-iringan jolen tunggul. Mereka datang dari berbagai pelosok Kabupaten Cilacap. Bahkan ada juga yang berasal dari Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Kebumen, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Ciamis, dan Jakarta. Prosesi ritual Sedekah Laut dimulai dari Pendapa Agung Wijayakusuma Sakti. Prosesi tersebut dilakukan sesuai tata urutan (pakem) saat kali pertama Sedekah Laut dilaksanakan, tahun 1875. Saat itu, Bupati Cilacap Kanjeng Adipati Raden Ngabei Tjokrowerdojo III yang diperankan Kepala Kelurahan Kebonmanis, Kecamatan Cilacap Utara, Sugiyarto memanggil sesepuh nelayan bernama Ki Arsamenawi. Kanjeng Adipati memerintahkan kepada Ki Arsamenawi agar para nelayan Cilacap pada bulan Sura mengadakan Sedekah Laut dengan melarung jolen berisi kepala kerbau, tumpeng golong, dan aneka jajan pasar ke Segara Kidul. Ki Arsamenawi bersama tujuh tokoh nelayan lainnya kemudian menghadap ke Kanjeng Adipati. Namun pada malam sebelum Sedekah Laut dilaksanakan, para nelayan mengadakan tirakatan di pendapa dengan membawa nasi tumpeng. Keesokan harinya, para nelayan berkumpul di pendapa sambil membawa jolen berisi sesaji. Pemberangkatan iring-iringan pasukan pembawa jolen ditandai penyerahan sesaji oleh Kanjeng Adipati kepada Ki Tumenggung Duta Pengarsa yang diperankan Untung. Setelah menerima sesaji dari Kanjeng Adipati, Ki Tumenggung Duta Pengarsa lalu mengajak kepada para nayaka, tamtama, dan kadangminantaka untuk segera membawa jolen tunggul ke Laut Kidul. Iring-iringan pembawa jolen tunggul diikuti rombongan pembawa jolen-jolen lainnya. Semua jolen berisi sesaji yang disiapkan masing-masing kelompok nelayan. Di belakangnya, para nelayan ikut mengantar ke Laut Kidul sambil menampilkan berbagai kesenian tradisional seperti kuda lumping, lengger, dan sebagainya. Rombongan berjalan ke Laut Kidul melalui Jl Ahmad Yadi-Jl Brigjen Sutoyo-Jl Teluk Penyu, dan masuk ke pantai Laut Kidul. Sesampai di Pantai Laut Kidul, Ki Tumenggung Duta Pengarsa lalu memerintahkan kepada sesepuh Kadang Minantaka untuk melarung jolen di tengah Laut Kidul. Semua jolen kemudian dinaikkan ke atas perahu, diiringi ratusan perahu nelayan lainnya lalu berlayar menuju ke Laut Kidul. Jolen-jolen tadi dilarung di sekitar Pulau Majethi (pulau kecil yang dipercaya sebagai tempat tumbuh Kembang Wijayakusuma) yang terletak di sebelah selatan Pulau Nusakambangan. Seusai melarung sesaji, malam harinya para nelayan mengadakan resepsi dan hiburan wilayahnya masing-masing. Nelayan Bengawan Donan mengadakan gelar, kuda lumping, ruwat laut, kenduri, dan campursari. Nelayan Sentolokawat mengadakan pagelaran wayang kulit. Nelayan Lengkong dan Sidakaya mengadakan ruwatan, tasakuran dengan menampilkan berbagai hiburan. Nelayan PPNC mengadakan hiburan kuda lumping dan wayang kulit. Kelompok nelayan Pandanarang mengadakan ruwatan, hiburan kuda lumping, panjat pinang, dan pagelaran wayang kulit. Selain itu, kelompok ini juga memberi santunan kepada janda jompo. Sedang kelompok nelayan Tegalkatilayu mengadakan ruwat dan resepsi dengan berbagai macam hiburan. Menurut Ketua Panitia, Supriyatmono, prosesi upacara ritual Sedekah Laut merupakan even nasional yang sudah menjadi agenda rutin tahunan. (Agus Sukaryanto-47) |
Gelar Budaya Sedekah LautBerbagai macam acara dapat dilakukan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia yang diperoleh pada masa kehidupannya . Upacara sedekah laut adalah salah satu perwujudan ungkapan rasa syukur yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan Sidakaya, Donan , Sentolokawat, Tegalkatilayu, Lengkong, Pandanarang, PPSC dan Kemiren. Tradisi sedekah laut bermula dari perintah Bupati Cilacap ke III Tumenggung Tjakrawerdaya III yang memerintahkan kepada sesepuh nelayan Pandanarang bernama Ki Arsa Menawi untuk melarung sesaji kelaut selatan beserta nelayan lainnya pada hari Jumat Kliwon bulan Syura tahun 1875 dan sejak tahun 1983 diangkat sebagai atraksi wisata. Upacara sedekah laut sebelum hari pelaksanaan didahului dengan prosesi nyekar atau ziarah ke Pantai Karang Bandung (Pulau Majethi ) sebelah timur tenggara Pulau Nusakambangan yang dilakukan oleh ketua adat Nelayan Cilacap dan diikuti berbagai kelompok nelayan serta masyarakat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tangkapan ikan pada musim panen ikan melimpah dan para nelayan diberi keselamatan. Disamping upacara nyekar juga mengambl air suci/ bertuah di sekitar Pulau Majethi yang menurut legenda tempat tumbuhnya bunga Wijayakusuma. Upacara ini didahului dengan acara prosesi membawa sesaji (Jolen) untuk dilarung ke tengah laut lepas dari Pantai Teluk Penyu Cilacap dari dalam Pendopo Kabupaten Cilacap menuju arah Pantai Teluk Penyu dengan diiringi arak-arakan Jolen Tunggul dan diikuti Jolen-Jolen pengiring lainnya oleh peserta prosesi yang berpakaian adat tradisional Nelayan Kabupaten Cilacap tempo dulu. Setibanya di Pantai Teluk Penyu sesaji kemudian di pindahkan ke kapal Nelayan yang telah dihias dengan hiasan warna-warni untuk di buang ketengah lautan di kawasan pulau kecil yang di sebut Pulau Majethi. Pada malam harinya acara dilanjutkan dengan pertunjukan kesenian tradisional di tiap-tiap desa/ kelurahan oleh kelompok Nelayan yang bersangkutan. http://pariwisata.cilacapkab.go.id/index.php?pilih=hal&id=87 |
KEMBANG WIJAYAKUSUMA Pesona tosan aji Oleh Prasida Wibawa halaman 131-132 Google Book |
KEMBANG WIJAYAKUSUMA Oleh Susanto Zuhdi halaman 115-116 Google Book |
KEMBANG WIJAYAKUSUMAEnsiklopedia tokoh-tokoh wayang dan silsilahnyaOleh Mahendra Suciptahalaman 376Google Book |
Kresna: Tokoh Diplomat Titisan Dewa Wisnu Apabila dalam dunia politik internasional dikenal sebutan "DIPLOMAT", di dunia pewayangan predikat itu layak disandang oleh seorang tokoh yang keahliannya setaraf dengan profesi tersebut. Dia adalah Kresna awatara (titisan) Dewa Wisnu pemelihara perdamaian pengendali keadilan dan kesejahteraan umat di Jagat Raya. http://forum.detik.com/showthread.php?p=5736Anak Raja Basudewa dari Dewi Mairah itu mempunya keahlian berbicara fasih, taktis, diplomatis, disegani kawan maupun lawan. Kadang-kadang ia menggunakan bahasa sindir yang tajam tapi tidak terasa menusuk hingga orang yang kena sindir tidak menaruh dendam atau marah selain mengakui kebenarannya. Sebagai diplomat ia berpandangan luas mengenai hubungan dan kepentingan masalah mancanegara, terutama konflik antara Kurawa dan Pandawa mengenai hak pemikikan atas tahta kerajaan Astina yang dituntut kaum Pandawa. Keahlian lain ialah, mengatur taktik strategi perang merusak konsentrasi lawan dan mengantisipasi situasi kritis yang dihadapi. Sebagai titisan Wisnu tak heran bila ia memiliki segudang ilmu dan peralatan serba canggih antara lain Gampar Lopian, semacam komputer pencari data kelemahan lawan atau untuk menemukan barang yang hilang termasuk identitas seseorang. Peralatan lain yang dimiliki berupa sekuntum bunga disebut Sekar Wijaya Kusuma, berkhasiat menyembuhkan orang sakit, bahkan menghidupkan yang mati belum waktunya. Sedang senjata andalan berteknologi tinggi adalah Cakra, semacam peluru kendali antar benua yang mampu mencapai sasaran dimanapun tempatnya. Akhirnya peralatan tercanggih berupa ajian Triwikrama. Tri = Tiga; Wikrama = Langkah. Dengan ber Triwikrama tubuhnya menjadi besar dan tinggi bagai raksasa Kala Mercu bertangan seribu. Jagat yang besar dan luas dari ujung ke ujung ini hanya dicapai dengan Tiga Langkah saja. Jika melangkah jagat akan miring ke arah tempat kakinya berpijak sehingga betapa mudahnya jika ia ingin melumat jagat semudah membulak-balikkan telapak tangan. Tetapi karena pemiliknya terikat oleh konvensi hukum kemanusiaan sesuai tugasnya sebagai pemelihara perdamaian dan pengendali keadilan, senjata penghancur jagat itu tak boleh dipergunakan dengan sewenag-wenang, kecuali menghadapi kekuatan destruktif yang membahayakan keselamatan umat manusia. Tetapi berbeda menurut pustaka Kresnayana, penampilan anak Basudewa itu lebih nampak sifat "Kemanusiannya" daripada sifat "Kewisnuannya". Faktor penyebabnya, dalam kisah mahabarata jalan cerita lebih banyak didominasi oleh liku-liku kehidupan kaum Kurawa dan Pandawa. Pernah ciri Kewisnuannya ia perlihatkan ketika bertindak sebagai duta perdamaian ke negara Astina guna mencegah perang antara kaum Kurawa dan Pandawa mengenai tahta kerajaan Astina. Namun agaknya maksud baik sang duta dianggap merugikan kaum Kurawa sehingga timbul niat jahat untuk mencelakakannya. Di saat itulah Kresna bertriwikrama nyaris melumat hbis bangunan-bangunan mewah, jika saja rasa kesadaran tidak menggugahnya. Ia sadar bahwa neraca tulisan tuhan tidak akan mengubah apa yang telah ditentukan dari Lohmahfuznya, bahwa perang besar Baratayudha tidak dapat diubah lagi kepastiannya. Justru dalam perang itu Kresna akan berperan penting sebagai Sutradara pengatur laku pengendali keadilan dan walaupun ia berada di pihak Pandawa, tetapi tak boleh terlibat secara fisik melainkan sebatas hanya menjadi penasehat saja. Suatu ketika Kresna bertindak sebagai kusir kereta perang Arjuna di gelanggang payudan Kurusetera. Ketika satria andalan Pandawa itu telah mengincar mangsa, tiba-tiba ia berseru "Oh, tidak, tidak... kanda bawa aku segera keluar gelanggang." perintahnya. Sang kusir kaget, "eh, kok malah mengajak keluar ... ada apa si anak Pandu ini?", gumamnya keheran-heranan. Sekilas Kresna melihat tiga wajah yang tidak asing lagi yaitu Bisma, Dorna dan Salaya. Setiba di luar gelanggang Arjuna berdalih, "Kanda Batara, perang ini tidak lebih hanya untuk memperebutkan kekuasaan dan kemewahan lahiriah semata, hanya karena Pandawa sedang menderita. Untuk apa kekuasaan, apa guna kemewahan jika untuk itu hamba harus membunuh orang-orang yang pernah berbuat baik kepada Pandawa. Mereka eyang Bisma, Bapak guru Dorna dan Uwa Prabu Salya telah mendidik dan membina hamba untuk menjadi manusia berwatak ksatria. Lalu adilkah jika kebaikan mereka dibalas dengan senjata?" , ujarnya menyakinkan seolah merasa benar. Di saat itulah adegan yang dikenal dengan sebutan Bahgawat Gita, yaitu wejangan Kresna kepada Arjuna yang isinya meluruskan pendirian yang keliru serta membangkitkan semangat juangnya. Maka bersabdalah sang Kresna: "Wahai putra Pandu, engkau berkata benar jika engkau seorang Brahmana. Tetapi engkau bukan Brahmana, engkau seorang ksatria. Tanpa kau sadari pernyataanmu tadi telah menyimpang dari darmamu sebagai seorang ksatria. Oh anak Pandu, engkau telah tertipu oleh perasaanmu sendiri hingga enggan menghadapi orang-orang yang telah berjasa kepadamu. Itu tandanya jiwamu lemah dan kelemahan bukanlah sifat seorang ksatria. Ketahuilah jika mereka telah berbuat baik padamu, itu semata-mata adalah "Kewajiban" untuk berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan. Lalu adilkah jika engkau membalasa kebaikan dengan acungan senjata kepada mereka? Masalahnya bukan soal adil atau tidak adil, tetapi terletak pada tanggu jawab untuk membela Hak dan Kewajiban. Lihat, untuk apa Bisma, Dorna dan Salya maju ke medan perang kalau bukan untuk membela hak dan Kewajiban sebagai seorang prajurit. Apakah engkau pikir mereka mempertimbangkan tega atau tak tega membunuhmu hanya karena bekas anak didiknya? Tidak adikku, mereka orang-orang yang telah matang luar dalamnya. Mereka mengerti bahwa dalam suasana perang tidak ada istilah sanak kandung atau anak didik; yang ada hanya satu tujuan, membunuh atau terbunuh dan memenangkan perjuanan, titik. Lalu bagaimana dengan engkau?" , ujarnya meyakinkan. Wejangan itu bagaikan seribu pelita menerangi kegelapan hati dan jiwa, memulihkan kepercayaan diri serta membangkitkan kembali daya juang Ki Arjuna. Seketika terdengar perintahnya, "Cambuk kudanya, bawa segera aku kembali ke medan perang," ujarnya bersemangat. Sejurus kemudian terdengar Sangkakala suaranya menembus angkasa dan menggelinding roda kereta melaju dengan cepatnya menuju medan juang. Kesadaran telah memulihkan kepercayaan diri sekaligus melenyapkan keragu-raguan.* |
Kanjeng Ratu Kidul |
Kisah Kanjeng Ratu Kidul (Dewi Srengenge) Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkawinan tersebut. Maka, bahagialah sang raja. Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. "Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku", kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu. Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. "Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya." Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa. Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. "Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri," kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu. Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan.. Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya. Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian. Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta. Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya. Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya? Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan. Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan "makhluk-makhluk halus" tersebut. Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman. Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta. Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena "diambil" oleh sang Ratu. Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan. Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol 'gaib' yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno. Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan. |
Lårå Woedoe Dunia mistik orang Jawa: roh, ritual, benda magis Oleh R. P. Suyono (Capt.)),Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS)halaman 127-128http://books.google.com/books?id=0uAk2yHNwPAC&pg=PA127&lpg=PA127&dq=lara+wudu&source=bl&ots=4VV1kk989O&sig=zWEHohNY6vo86ypj-nBSh4WxQGE&hl=id&ei=05awTbqXEYj0vQPkraSMBw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=5&ved=0CDUQ6AEwBA#v=onepage&q=lara%20wudu&f=false |
Dening Arswendo AtmowilotoLampahipun Nyi Roro Kidul ing Kabudayan JawiKAGEM sutresna basa tuwin sastra Jawi, keparenga kawula sumela atur sawetawis. Nyuwun gunging samodra pangaksami menawi wonten atur kawula ingkang mboten mranani penggalih utawi natoni manah panjenengan sedaya.Sejatosipun sastra Jawi sampun lengser duk nalika aksara Jawi mboten dipun-ginaaken malih, lan kasalin aksara Latin. Ing ngriku, dados wonten ingkang ewah, ingkang ical. Kadosta ungelipun ”o”, ”-a”, ”a”, dados kisruh. Luntur ugi, filosofi ingkang ngrengku aksara kalawau. Mboten wonten pangku ingkang mateni. Nalika samanten tasih wonten pangajeng-ajeng bilih sastra Jawi mawi aksara Latin bakal ngrembaka. Lumintu saking lan dening majalah, buku, tuwin sesrawungan utawi piwulang ing sekolahan. Nanging saya dangu kahananipun inggih saya nglangut kadidene ”susuhing angin”, kadidene ”dog amun-amun”. Katon wonten ing panyawang, nanging ilang sak nalika dipun cedhaki. Manawi sakpunika tasih sutresna ingkang prihatos, ingkang nandhang luh cintraka, inggih punika priyantun ingkang ngugemi saestu datang sastra Jawi, inggih punika priyantun ingkang linuwih ing kasetyan. Pejah gesang ndherek sastra Jawi. Kawula ngaturaken sungkem, ngurmati panjenengan ingkang linangkung ing zaman. Kedah wonten ingkang makaten. Panci mrihatosaken, nanging sejatosipun ”Kabudayan Jawi” mboten namung wonten ing basa, ing aksara, ing pocapan kemawon. ”Kabudayan Jawi” langkung ageng, langkung wiyar tebanipun, langkung sekti mandraguna, langkung ajur-ajer tinimbang kaliyan basa utawi sastra, utawi keris, utawi keris, utawi blangkon tuwin selop, utawi gebyog, utawi kembang setaman. Sedaya kalawau punika namung woh, ron, utawi kembang. Ingkang saged ngrembaka ing sajroning zaman kelakone. Ingkang dados wos, ingkang ndadosaken sedaya ron, woh tuwin kembang punika inggih punika oyod kabudayan Jawi. Inggih punika ingkang katelah Kejawen, dening mbah buyut. Sejatosipun kejawen punika ingkang dados suksma sejati. Suksma ingkang bade ngrembaka, tuwuh lan tuwuh malih, najan to ketinggalipun malih rupa. ”Manuk Gusti” Keparenga kawula ngunggak kabudayan sanes, ingkang dipun tengeri Kabudayan Semit. Punika budaya ingkang dipun agem bangsa-bangsa Semit wonten Timur Tengah. Sareng kaliyan wolak-waliking jaman sarta kasrambahan budaya sanes, budaya Semit katelah budaya Yahudi, lan salajengipun budaya Kristen, kalayan Islam. Kapitadosan —antawisipun— dhateng Gusti Panguwasa Jagat ikang dipun wastani YHWH (amargi mboten kepareng dipun sebat, najan wonten ingkang nyebat Yahweh)— ingkang satunggal, dados kapitadosan meh sedaya umat ing donya. Kita nampi agami, nabi, Gusti, kitabipun, lumantar budaya Semit kala wau, ingkang mathok paugeran agami pinangka syarat-syaratipun. Ing babagan punika, budaya Jawi gadhah paradigma ingkang benten, inggih punika ingkang kasebat ”Manuk Gusti”, utawi ”Manunggaling Kawula Gusti”. Punika konsep, filosofis, jejer, ingkang saestu benten —najan to mboten kedah dredrah lan mungsuhan. Benten, nanging mboten sulaya. Sedaya kala wau sampun dados sesanggeman, dados jejer ingkang ajur ajer, nalika srawung kaliyan agami utawi budaya Hindu, Buddha, utawi sanes-sanesipun, wiwit jaman ja-mbejuja ngantos dinten punika. Kawula nginten bilih konsep agung ”Manuk Gusti”, wewujudan Kedjawen ingkang jenius, ingkang kampiun, ingkang ”mbrojol sela-selaning garu”, ingkang waskita, ingkang saged nggathukaken bab-bab ingkang suci, sakral, kalian kahanan urip saben dina. Kula kinten, dereng nate mireng, panyandra Gusti Kang Murbeng Jagad tuwin umat kadosdene , ”curiga manjing warangka”, ingkang sumanak, enak, ruwin ngangeni. Jumat Kliwon Suksma sejati saking Kejawen punika sampun wiwit kina-makina, mawujud rikala paraga Panakawan melebet ing pawayangan. Saknalika, wayang —kathah ingkang mastani saking India— dados benten. Panakawan —saged Semar, Gareng, Petruk, Bagong, utawi Togog, Mbilung utawi katambahan Limbuk, Cangik— ndadosaken rakyat pidak pedarakan dados mulya. Ngungkuli para dewa-dewa ing Kahyangan Jonggring Saloka. Malah kepara lakung gecul, amargi dewaning-dewa Hindu, kenger dening —nuwun sewu—entutipun (ana jenenge ora ana rupane) Semar (ora lanang ora wadon). Punika sanggit ingkang linangkung agung. Ingkang tasih ”tumimbal lair” rikala Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusuma ”ngrabekaken” petangan kalender Hindu, Jawi, Islam dados setunggal ing tanggal 1 Sura. Pananggalan sakdonya remek ical dening petungan pananggalan Masehi, nanging etungan pasaran Pon, (Wage, Kliwon, Paing,Legi) tasih sanget dipun ginaaken. Malah kepara pinunjul, amargi saged mbedakaken wigatinipun dinten Jumat setunggal kaliyan sanesipun. Punika saestu sanggit ingkang nggegirisi, jer petungan Jawi tasih kasebat, saged urip bebarengan kalian pananggalan Masehi utawi petungan sanesipun. Panginten kawula, sanggit ingkang sami maujud mbotenipun selop —sepatu Walanda ingkang iris wingkingipun, gampil dicopot kangge mlebet Keraton, surjan— jas ingkang krowok kangge ngetingalen keris, lan sapanunggalipun. Nyi Roro Kidul Manawi yektos makaten, punapa sejatinipun suksma sejati Kejawen punika? Benten kaliyan pamanggih manca ingkang sarwa pratitis damel definisi, Kejawen mboten saged dipun watesi, mboten saged kinunjara: o, kuwi ngene, ora ngono. Amargi Kejawen punika suksma, ingkah tasih gesang. Ingkang tansah tumimbal lair, ingkang nitis lan nitis malih, ingkang tansah maujud malih lan malih lan malih. Ing pocapan, inggih punika ingkang kawastanan ”ngono, ning ya aja ngono”. Wonten conto ingkang nglegena. Upaminipun wonten —utawi mboten wontenipun,— Nyi Roro Kidul, punapa kemawon sebabatanipun. Meh sedaya tlatah ing pinggir seganten, wonten mithos lan cariyos Nyi Roro Kidul. Nanging rumaos kawula, namung cariyos Nyi Roro Kidul ing Jawi ingkang luhur wiwit mula buka. Sawijining putri ingkang nedya lestantun, ngrewangi para raja kangge kamakmuran bangsa, malih rupi dados ”lelembut”, dados ”paraga lembut”. Amargi namung punika margi supados lestantun, salami-lamipun, sareng umuring jagad. Punapa Nyi Roro Kidul, yektos wonten? Utawi namung carios ngayawara? Sedaya kalawau mboten wigatos malih, mboten kedah wonten wangsulan ingkang baku, utawi namung setunggal. Semanten ugi kejawen. Wonten utawi mboten wonten sastra utawi basa Jawi, keris, blangkon, selop, kembang setaman, macapatan, mboten wigatos malih. Sauger tasih wonten manungsa ingkang kempal sareng, ngrembag, nguri-uri, ngembakaken, tasih wonten ingkang saged nyawang wontenipun ”dog amun-amun”. Saged ngraosaken wonten ”susuhing angin”, saged ngraita ”sangkan paraning dumadi”, saged ”keplok tangan kiwa”, saged ngudarasa kaliyan sesami. Nuwun. (35) http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/kejawen/2009/08/16/440/Lampahipun-Nyi-Roro-Kidul-ing-Kabudayan-Jawi |
>> Selasa, 25 November 2008YAYASAN PENDIDIKAN WIRAUSAHA WIJAYA KUSUMA SMK WIJAYA KUSUMA CILACAP KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI STATUS TERAKREDITASI B JL. SETO No.1B Gumilir -Cilacap Utara Kode Pos 53231 Telp : (0282) 548107 - 548108 Fax : (0282) 548108 E-mail : smk_wijayakusuma@yahoo.co.id Website : www.smkwijayakusumacilacap.blogspot.com STRUKTUR ORGANISASI SMK WIJAYA KUSUMA CILACAP 1. DANANG PRABOWO, S.E., M.Si = KEPALA SEKOLAH 2. CHOMSIN, S.Pd = WAKA KURIKULUM 3. SUDIBYO, A.Md = WAKA KESISWAAN 4. SYAMSU HIDAYAT, S.Pd = WAKA HUMAS & SAPRAS 5. KUSWANDARI WIDYASTUTI,S.Pd = STAF WAKA KURIKULUM 6. SUPRIYANTO, S.Pd = KAPROG TEKNIK PEMESINAN 7. ALI MAKSUM, S.Pd = KAPROG TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF 8. SAHID, BE 9. KATAM, BE 10. Drs. EDY DARYONO 11. Drs. DIYAT PURWANTO 12. Drs. OKPRAYARA 13. http://smkwijayakusumacilacap.blogspot.com/ |
Pulau Majethi (Karang Bandung) - Nusakambangan - Cilacap |
Artikel Terkait:
BUNGA WIJAYAKUSUMA
CANGKOK WIJAYAKUSUMA
SEKAR WIJAYAKUSUMA
TANAMAN HIAS WIJAYAKUSUMA
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
Yuk dibaca dulu berita terkini
BalasHapushttp://mynewgooger.blogspot.co.id/2017/06/blog-post_83.html
http://infomaam.blogspot.com/2017/06/tanah-belum-kering-kuburan-jupe-sudah.html
http://ssekilasberita.blogspot.com/2017/06/blog-post.html
Hanya Dengan 1 Usher Id Saja Sudah Bisa Bermain Semua Games Seperti :
1. Sportbook
2. Togel
3. Tangkas
4. Keno
5. Slot
6. Togel
7. 855 Crowm
8. Gd88
Dan masih banyak lagi yang lainya
Angkasa Bola Juga Memiliki Bonus Yang Menarik Loh Bosku Seperti :
1. Bonus Cashback 5%
2. Bonus Refferal 2,5%
3. Bonus Rollingan Casino 0,8%
Keunggulan AngkasaBola
1. Fast Respon Livechat 24 Jam''
2. Langsung Dilayani Oleh Cs Kami Yang Cantik Dan Proffesional
3. Kepuasan Member Adalah Prioritas Utama Kami
4. Wd Berapapun Akan Kami Bayar
Jangan tunggu lagi bosku , jangan menunda kemenangan besar bosjku
langsung saja join dengan kami di www.angkasabola.com
Info :
bbm : 7B3812F6
Twitter : CsAngkasabola
Instagram : Cs1Angkasabolaa
Line : Angkasabola
Facebook : Angkasabola